KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga Makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari. Harapan saya semoga Makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah ini sehingga kedepannya lebih baik.
Saya menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.
Akhir kata,saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Bekasi,Oktober 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I. Pendahuluan
1.1 latar belakang........................................................
1.2 rumusan masalah...................................................
1.3tujuan..............................................
1.4 ruang lingkup permasalahan....................................
1.5manfaat.....................................................
1.6metodologi.........................................................................
Bab II. Pembahasan...................................................................................
Bab III. Penutup
3.1 kesimpulan...............................................................................
3.2 saran........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
Bab I
pendahuluan
1.1 latar belakang
Indonesia termasuk negara berkembang, permasalahan yang ada di negara berkembang lebih kompleks dibandingkan dengan negara-negara maju, mulai dari pertumbuhan penduduk yang tinggi, kesenjangan sosial, hingga kurangnya sarana dan prasarana yang menunjang pembangunan itu sendiri. Diantara banyak permasalahan itu adalah kemacetan. Kemacetan adalah situasi atau keadaan tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi di kota-kota besar, terutamanya yang tidak mempunyai transportasi publik yang baik atau memadai ataupun juga tidak seimbangnya kebutuhan jalan dengan kepadatan penduduk, misalnya Jakarta. Kemacetan lalu lintas menjadi permasalahan sehari-hari di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
1.2 rumusan masalah
adapun rumusan masalah dalam makalah ini,ialah sebagai berikut:
1. Apa yang menyebabkan kemacetan lalu lintas?
2. Bagaimana upaya mengurangi kemacetan lalu lintas?
1.3 tujuan
adapun tujuan yang ingin dicapai ialah:
a. mengetahui penyebab kemacetan lalu lintas
b.mengetahui upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
1.4 ruang lingkup
ruang lingkup dari pembahasan masalah dalam makalah ini ialah segala sesuatu
yang berkenaan dengan masalah seputar kemacetan yang terjadi di jakarta.
1 .5 manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah :
a.sebagai bahan referensi untuk bahan pembelajaran bagi masyarakat
umum,profesional atau pemberi kebijakan.
b.sebagai pembanding dari karya tulis lainnya yang sejenis untuk menambah
keragaman pembahasan yang ada mengenai kemacetan lalu lintas.
1.6 metodologi
penyajian pembahasan makalah ini memakai metode sebagai berikut:
a.melakukan kajian pustaka beberapa buku literatur yang
membahas masalah perkotaan
b.melakukan browsing di internet untuk mengumpulkan data-data
penting lainnya.
Bab II
Pembahasan
A. pengertian kemacetan lalu lintas
Pengertian kemacetan lalu-lintas adalah terganggunya pergerakan kendaraan bermotor dari satu tempat ke tempat yang lain. Jakarta sebagai ibukota dan pusat perekonomian tentunya memiliki jumlah penduduk yang banyak, tentunya pengguna jalan makin banyak dan mobilitas makin tinggi. Para pengguna jalan pasti menginginkan cepat sampai di tujuan, kadang-kadang para pengguna jalan yang tidak sabar akan saling serobot, menerabas lampu merah, menyalip dari kiri. Hal ini bukanlah solusi dari kemacetan bahkan hal ini bisa menjadi salah satu penyebab kecelakaan yang dapat membuat kemacetan lalu-lintas.
Di beberapa tempat seperti pasar, mall, para pengguna jalan menyeberang tidak pada tempatnya yang seharusnya di jembatan penyeberangan, hal ini juga merupakan penyebab terjadinya kemacetan lalu-lintas. Penyebab kemacetan lalu-lintas yang lain adalah angkutan umum, angkutan umum sering menaikkan dan menurunkan penumpang tidak pada tempatnya, dan terlalu lama menunggu penumpang tidak pada tempatnya seperti di perempatan jalan, pertigaan jalan, dan di depan mall.Proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang dibangun di sejumlah tempat di Jakarta juga sering dikeluhkan lamban oleh masyarakat. Kelambatan dan kemacetan makin menjadi-jadi karena buruknya manajemen lalu lintas selama masa konstruksi. Banyak jalan di Jakarta yang tidak memiliki gorong-gorong sehingga bukan hanya menggerus aspal juga dapat menimbulkan banjir. Tentunya jalan yang rusak akan menghambat laju kendaraan sehingga menimbulkan kemacetan, apalagi bila musim hujan tiba. Selain membuat jalan rusak, hal lain yang dirasakan para pengguna jalan bila musim hujan tiba adalah banjir, banjir menyebabkan kendaraan tidak bisa melaju.
B. Rasio kendaraan dan jalanan di jakarta
Berdasarkan data di Ditlantas Polda Metro Jaya (Oktober 2003), jumlah kendaraan di DKI Jakarta tercatat 6.506.244 buah, yang terdiri dari 449.169 truk pengangkut barang, 315.559 buah bus, 3.276.890 buah sepeda motor, dan sisanya mobil penumpang. Dinas Perhubungan DKI Jakarta mencatat, pertambahan jumlah kendaraan bermotor rata-rata 11 persen per tahun, sedangkan pertambahan jalan tak sampai satu persen per tahun.
Jika kendaraan roda empat saja panjangnya rata-rata empat meter dan secara serempak dibariskan, maka butuh lahan sepanjang (sekitar 3,2 juta x 4 meter) 12.800 kilometer. Sehingga tak akan bisa tertampung pada ruas jalan yang tersedia. Padahal, selain kendaraan milik warga Jakarta, setiap hari masuk lebih dari 1,2 juta kendaraan dari daerah-daerah sekitar Jakarta. Misalnya dari daerah Tangerang , dari daerah Bekasi dan dari daerah Depok.
Selain jumlahnya tidak sebanding dengan panjang jalan yang ada, komposisi kendaraan yang lalu lalang di Jakarta sangatlah tidak seimbang. Dari jumlah itu, kendaraan pribadi mencapai lebih dari 90 persen, mulai dari sepeda motor, mobil berumur tua, hingga mobil-mobil mewah. Tahun 2002 kendaraan angkutan penumpang umum cuma sekitar 96.750 buah atau 2,5 persen, dan kendaraan pengangkut barang sekitar 239.940 buah atau sekitar 6,2 persen.Parahnya, dari 96.750 buah kendaraan angkutan penumpang umum tersebut, 2.670 buah di antaranya merupakan bus umum yang kondisinya rusak dan sebenarnya tak layak jalan. Bahkan, 839 buah di antaranya rusak berat karena kelangkaan suku cadang. Kondisi ini memprihatinkan karena dari sekitar 5.400 buah bus kota, 2.670 buah rusak, yang berarti Cuma sekitar 50 persen yang layak jalan.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Suyono Dikun mengakui, infrastruktur jalan memang tidak memadai lagi bagi pertambahan kendaraan. Jalan yang ada pun masih direcoki dengan bermacam keperluan non-lalu lintas, Trotoar dikuasai pedagang kaki lima.
C. Penyebab kemacetan lalu lintas
Kemacetan lalu lintas bisa terjadi karena beberapa hal :
a. Arus kendaraan yang melewati jalan tersebut telah melampaui kapasitas jalan tersebut. Dapat dilihat dari tabel bahwasanya tiap tahun jumlah kendaraaan dari berbagai jenis selalu meningkat, sedangkan panjang jalan dan pertambahan panjang dan luasnya tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan tiap tahunnya.
b. Terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan tersebut sehingga menimbulkan rasa ingin tahu warga yang menyebabkan warga berkerumun memadati jalan atau kendaraan yang terlibat kecelakaan yang belum dibersihkan atau disingkirkan dari badan jalan.
c. Terjadinya banjir yang merendam badan jalan sehingga para pengendara kendaraan memperlambat laju kendaraannya.
d. Kepanikan yang melanda akibat adanya sirene tsunami atau kepanikan untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman.
e. Adanya bagian jalan yang rusak atau longsor.
f. Adanya perbaikan jalan.
D. Dampak Kemacetan Lalu-lintas
Dampak dari kemacetan lalu-lntas adalah: Pemborosan BBM, waktu. Pemborosan BBM terjadi karena bila saat keadaan macet kendaraan yang terhambat sehingga pembakaran tidak efektif, yang seharusnya 1 liter =10 km bila keadaan macet akan ada pemborosan setengah liter yang harganya mencapai Rp 2250,-. Itu untuk 1 orang sedangkan pengguna jalan di Jakarta menurut catatan Ditlantas Polri tahun 2005 menyebutkan jumlah kendaraan bermotor di Jakarta sekitar 8,86 juta kendaraan meliputi mobil (35,74%), bus (7,8%), dan motor (56,35%).Selain pemborosan BBM bila terjadi kemacetan pasti kita akan rugi waktu yang seharusnya 60 km=1 jam bila terjadi kemacetan bisa 10-20 km=1 jam, sehingga yang seharusnya kita bisa menyelesaikan 2 urusan di tempat yang berbeda dalam 1 hari bila macet kita hanya bisa menyelesaikan 1 urusan dalam 1 hari. Dampak kemacetan ini juga sangat dirasakan para pengusaha angkutan di Jakarta. Kerugian miliaran rupiah per hari pun tak dapat dihindari lagi.
Jadi dampak kemacetan lalu-lintas sangat besar, selain waktu dan biaya, kemacetan lalu-lintas juga dapat menyebabkan stress, dan mudah marah. Sehingga pekerjaan pun menjadi terganggu. Seringkali akibat terburu-buru akan terjadi kecelakaan.
Kemacetan menyebabkan laju kendaraan melambat dan pembakaran pun semakin lama, pembakaran akan menghasilkan karbondioksida sehingga akan menimbulkan polusi udara yang semakin banyak. Karbondioksida mengandung racun yang menggangu kesehatan penduduk Jakarta sehingga produktivitas menurun, bila produktivitas menurun maka perekonomian akan terganggu.Jadi dampak yang diakibatkan oleh kemacetan lalu-lintas sangat luas dari kesehatan, ekonomi, dan produktivitaskerja.
E. Upaya mengurangi kemacetan lalu lintas
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang harus direncanakan secara komperhensif, diantaranya:
a. Peningkatan kapasitas jalan.
Salah satu langkah mengurangi kemacetan jalan adalah dengan meningkatkan kapasitasjalan, misalnya: memperlebar jalan, menambah lajur lalu lintas jika memungkinkan, mengurangi konflik di persimpangan dengan membatasi arus belok kanan.
b. Keberpihakan kepada angkutan umum
Untuk meningkatkan daya dukung jaringan jalan dengan mengoptimalkan kepada angkutan yang efisien dalam penggunaan ruang jalan. Misal: pengembangan jaringan pelayanan angkutan umum, pengembangan jalur khusus bus, seperti busway di Jakarta, pengembangan kereta api kota yang dikenal dengan metro di Perancis, Subway di Amerika Serikat, MRT di Singapura. Juga dengan keringanan pajak dan bea masuk untuk kendaraan angkutan umum.
c. Pembatasan kendaraan pribadi
Kebijakan ini memang tidak populer, namun jika kemacetan semakin parah maka harus dilakukan manajemen lalu lintas yang lebih ekstrim sebagai berikut:
1) Pembatasan penggunaan kendaraan pribadi menuju suatu kawasan tertentu yang akan dibatasi lalu lintasnya, bentuk lainnya adalah dengan penerapan tarif parkir yang tinggi di kawasan tersebut, sistem ini berhasil di Singapura, London dan Stokholm.
2) Pembatasan pemilikan kendaraan pribadi melalui peningkatan biaya kepemilikan, pajak bahan bakar, pajak kendaraan bermotor, bea masuk yang tinggi.
3) Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu dengan menerapkan kawasan 3 in 1, atau bentuk lain pembatasan sepeda motor masuk tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway.
d. Menerapkan jam kerja berbeda
Walaupun terkesan hanya memindahkan jam macet tetapi solusi ini memberikan kontribusi mengurai kemacetan lalu lintas.
F. Peran pengguna jalan
Para pengguna jalan dapat membantu pemerintah dalam menangani kemacetan lalu-lintas seperti dengan beralih ke angkutan umum yang tersedia, bila tidak para pengguna kendaraan pribadi seharusnya mengikuti aturan, apabila para pejalan kaki hendak menyeberang sebaiknya melewati jembatan penyeberangan, dan bagi yang ingin naik angkutan umum sebaiknya pada tempatnya sehingga tidak mengganggu kendaraan lainnya, bagi para pengguna jalan, kesadaran pribadi harus selalu disosialisasikan melalui media televisi.
Mulai dari pejalan kaki harus membiasakan diri berjalan di trotoar, menyeberang di jembatan penyeberangan. Apabila ingin menggunakan angkutan umum, harus menghentikan angkutan tersebut di halte yang ada dan bila turun harus di halte yang tersedia. Supir angkutan umum harus mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mematuhi rambu-rambu lalu-lintas, supir angkutan umum tidak berhenti di sembarang tempat hanya berhenti di halte. Pada saat berhenti kendaraan dipinggirkan sehingga tidak mengganggu kendaraan di belakangnya, dan tidak menjadikan perempatan sebagai terminal.
Pedagang kaki lima sebaiknya tidak berdagang di trotoar karena itu adalah haknya pejalan kaki, begitu juga pejalan kaki tidak membeli barang-barang di trotoar. Pengguna kendaraan pribadi tidak saling serobot, apabila terjadi kemacetan harus antri, tidak menerobos lampu merah.
Apabila menggunakan kendaraan pribadi sendirian sebaiknya gunakan kendaraan yang kecil dan tidak boros, akan lebih baik lagi apabila beralih ke kendaraan umum yang tersedia. Tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk keperluan yang tidak penting pada jam sibuk. Bagi pengguna sepeda motor gunakanlah jalur kiri dan kecepatan yang tidak tinggi, apabila dipakai untuk ojek pangkalannya tidak menjulur ke ruas jalan, dan tidak menerobos lampu merah. Truk angkutan barang tidak diangkut pada jam-jam sibuk.
G. Peran pemerintah
Akibat urbanisasi dan angka kelahiran yang tinggi menyebabkan pertumbuhan penduduk Jakarta tidak terkendali. Berarti pemerintah daerah DKI harus membatasi laju urbanisasi dan menekan angka kelahiran dengan menjalankan program Keluarga Berencana. Bila pemerintah berhasil menangani laju urbanisasi dan angka kelahiran maka jumlah pengguna jalan juga akan terkendali.
Untuk kawasan perkotaan, Menhub menjelaskan, pengembangan transportasi disesuaikan dengan tingkat populasi serta karakteristik wilayah. Menhub memaparkan untuk kota besar dengan populasi antara 2 juta jiwa hingga 5 juta jiwa seperti Jakarta, menurut Menhub, pengembangan transportasinya adalah dengan mengintegrasikan antar moda transportasi, dengan mengarahkan integrasi antara moda jalan rel sebagai main back-bone dengan moda jalan.
Jadi untuk jangka panjang sebaiknya dibuat monorail dan MRT sebab Jakarta pasti akan lebih banyak lagi penduduknya. Proyek MRT akan dimulai dengan pembangunan jalur MRT 14.5 km dari Terminal Lebak Bulus hingga Stasiun Dukuh Atas. Pembangunan jalur pertama ini akan menjadi awal sejarah pengembangan jaringan terpadu dari sistem MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi massal DKI Jakarta pada masa yang akan datang.
Pengembangan untuk meneruskan jalur Dukuh Atas menuju Stasiun Kota yang akan disebut jalur utara -selatan serta pengembangan jalur timur-barat. Ini merupakan simbol bahwa kota Jakarta akan menjadi kota yang sejajar dengan kota Megapolitan Asia seperti Singapura, Hongkong, Bangkok, New Delhi, Seoul dan Tokyo. Selain itu pemerintah harus pula mengoptimalkan KA yang telah ada, meningkatkan pelayanan dan kenyamanannya, baik di stasiun maupun di dalam KA tersebut. sehingga banyak orang beralih ke kereta.
Peraturan harus ditegakkan sehingga penduduk Jakarta disiplin apabila ada kendaraan yang melintas segera ditilang sesuai dengan aturan misalnya: angkutan umum yang berhenti bukan di halte. Transportasi mikro seperti Angkot, Mikrolet, Metromini, Kopaja dan sejenisnya masih menjadi salah satu alat transportasi andalan warga Ibukota. Namun moda ini justru kerap menimbulkan masalah dalam sistem transportasi. Cara mengemudi yang ugal-ugalan, menaikan dan penumpang di sembarang tempat menjadi problematika tersendiri di jalanan Ibukota. Hal tersebut dikarenakan sistem transportasi mikro ini belum dikelola dengan baik. Sistem cari penumpang demi 'nguber setoran' dituding jadi penyebab.
Pengamat transportasi UI, Alvin Syah mengusulkan, Pemprov DKI menghapus sistem nguber setoran dengan manajemen transportasi yang berorientasi pada pelayanan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan meleburkan para pemilik transportasi mikro menjadi sebuah badan hukum. Pemilik alat transportasi bisa duduk sebagai pemilik saham dan para sopir dan kondektur dibayar dengan sistem gaji. "Dengan begitu, para sopir tidak perlu ugal-ugalan demi nyari penumpang untuk nguber setoran. Pelayanan akan lebih baik karena nantinya jam keberangkatan juga bisa diatur," usulnya.Manajemen transportasi mikro seperti ini, menurut Alvin, akan mendukung program DKI Jakarta yang akan menerapkan sistem Electronic Road Pricing (ERP) atau jalan berbayar. Mengingat syarat diterapkannya ERP, sistem transportasi harus cukup baik agar masyarakat punya pilihan untuk beralih ke transportasi umum dan meninggalkan kendaraan pribadinya. Menurutnya, "Jangan hanya dipahami perbaikan transportasi umum itu hanya secara fisik, tapi manajemennya juga. Percuma kalau Metromini bus baru ber AC tapi manajemennya masih nguber setoran tidak akan efektif juga.”Kendaraan yang menerobos lampu merah, motor yang berada di jalur kanan, pejalan kaki yang tidak disiplin juga harus didenda seperti yang terjadi di negara-negara maju. Sebaiknya dibuat peraturan tentang usia kendaraan, kendaraan yang sudah diatas 15 tahun tidak boleh melaju di jalan-jalan protokol agar polusi tidak bertambah, karena mobil-mobil yang lebih dari 15 tahun pembakarannya tidak sempurna. Peraturan uji emisi gas buang harus ditegakkan, apalagi angkutan umum khususnya bis dan truk, dengan menguji emisi kita bisa mengurangi kendaraan yang tidak layak pakai, dan mengurangi polusi udara. Selain itu secara perlahan-lahan mengalihkan penduduk Jakarta untuk menggunakanbusway.
Busway dibuat lebih efektif dengan menambah jumlah armada busway, sehingga penumpang tidak menunggu lama dan waktu yang ditempuh lebih pendek, halte-halte dibuat aman dan nyaman jalur busway tidak dilalui oleh kendaraan lain, pembangunan busway di Jakarta yang hingga tahun 2008 ini sudah beroperasi sebanyak tujuh koridor dari 15 koridor yang direncanakan merupakan langkah tepat dan berani dari Pemda DKI untuk mengatasi ancaman stagnasi lalu lintas di Ibukota yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2014 mendatang.
Otonomi daerah telah memberikan kewenangan yang lebih kepada tiap wilayah jika dibandingkan dengan era sebelumnya. Tidak terkecuali kewenangan di sektor perhubungan. Telah banyak kewenangan Kementerian Perhubungan yang dilimpahkan ke daerah tingkat satu maupun dua. Tugas pokok dan fungsi Kementerian Perhubungan, khususnya bidang Perhubungan Darat, adalah menyiapkan regulasi transportasi yang menjadi acuan peraturan daerah tingkat satu maupun dua. Namun, sering dalam pelaksanaan, peraturan pemerintah daerah tingkat satu maupun dua tidak selaras dengan regulasi pusat. Hal tersebut menandakan perlunya formulasi ulang soal tugas dan kewenangan pemerintah pusat dan daerah agar pelayanan jasa transportasi menjadi lebih baik. Sejak otonomi daerah bergulir, tidak ada lagi kantor-kantor perwakilan Kementerian Perhubungan di daerah. Hilangnya kantor itu melemahkan koordinasi antara pusat dan daerah dalam penyelenggaraan transportasi di suatu wilayah. Begitu juga kewenangan pembinaan SDM bidang transportasi. Setiap daerah diberi hak penuh membina SDM bidang perhubungan. Namun, realitas di lapangan memberikan gambaran yang kurang baik. Walaupun diberi keleluasaan dalam melaksanakan pembinaan itu, kualitas SDM bidang perhubungan jauh dari harapan. Berdasar hasil penelitian Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perhubungan Darat pada 2004, hanya sekitar 20 persen SDM pehubungan darat di daerah yang benar-benar berkompeten. Dengan kondisi tersebut, bisa dipastikan pelayanan jasa di sektor transportas jauh dari harapan.
Bab III
Penutup
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Lalu lintas Jakarta sudah sangat sedemikian macetnya. Dari tahun ke tahun kemacetan ini akan semakin bertambah sebab pertambahan kendaraan bermotor 11 % pertahun sedangkan pertambahan jalan kurang dari 1 % pertahun. Untuk mengatasi kemacetan yang semakin bertambah bahkan untuk mengantisipasi terjadinya kemacetan total tahun 2014 maka seluruh warga Jakarta dan pemerintah DKI harus memikirkan jalan keluarnya dari sekarang.
Pemerintah harus melakukan penapisan ketat terhadap arus urbanisasi dan pengendalian angka kelahiran secara serius. Pemerintah segera membangun jalan susun tiga, monorail dan busway dari sejak sekarang. Aparat harus selalu menegakan aturan dan hukum. Tidak boleh ada pedagang kaki lima di trotoar, pembangunan mall dibatasi, bila ada kendaraan melanggar lalu lintas segera ditilang, bahkan penyebrang jalan yang tidak tertib pun seharusnya didenda agar supaya ada efek jera. Warga Jakarta harus dari sejak usia dini membiasakan hidup tertib.
B. Saran
1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membuat peraturan pemerintah untuk
mengatasi kemacetan lalu lintas Jakarta
2.Pemerintah DKI mencari investor pembangunan monorail dan subway sebagai
rencanajangka panjang
3. Peningkatan pelayanan busway agar pengguna kendaraan pribadi beralih kbusway
4. Pembatasan usia kendraan bermotor setelah busway berjalan baik
5. Penegakan hukum yang tegas terhadap pengguna jalan, pejalan kaki dan pedagang
kaki lima yang melanggar aturan.
DAFTAR PUSTAKA
http://auliaswastikafitri.blogspot.com/2011/01/makalah-masalah-kemacetan-lalu-lintas.html
//http: wikipedia.com
//http: bps.go.id
Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Engineering and
Planning. Mc Graw-Hill.Inc. Pennsylvania.
Khisty, Jotin C dan B. Kent Lall. 2003. Transportation Engineering: An
Introduction, 3rd Edition. Pearson Education. Prentice Hall.
http://imranjamaluddin.wordpress.com/2010/07/05/makalah-kemacetan/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar